Puisiku

Miris

 

Oleh: Rudiansyah

 

Selayang pandang hamparan permadani hijau

Membentang seluas mata memandang

Jalan pematang membelah rasa yang lugu

Mendambakan alunan alunan suara burung yang saling merayu

Menghias cakrwala desa yang mulai benderang

 

Jalan setapak penuh embun berkilau indah

Setia temani ilalang tapi sayang hanya saat pagi datang

Saat siang menjelang ilalang ditinggal embun yang pergi entah kemana

Mereka ibarat cinta yang datang dan pergi silih berganti tanpa

Pamit dan tanpa ada bekas meninggalkan hati, hati yang resah

 

Desaku ibarat kutukan kabut yang hilang dan tampak dengan sendirinya

Menengadah tangan dalam harapan dan doa

Agar kelak desaku tetap ada

Dan menjadi waris bagi anak cucu kita

Menjadi kebanggaan kelak saat kita telah tiada

 

Seberkas sinar tampak dalam gelap

Desaku kini disulap menjadi metropolitan yang gegap gempita

Penuh dengan cahaya dengan nada dan kicau alunan nada dalam kotak kotak

Terbatas ruang dan waktu untuk menikmatinya

Komentar